Gema
shalawat di lapangan Sampuraga Pangkalan Bun Kotawaringin Barat
(Kobar) Kalimantan Tengah, Sabtu (17/2), nampaknya membawa cerita
tersendiri bagi Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdhatul Ulama.
Pasalnya, panitia Kobar Bershalawat yang
semula melibatkan Banser, ternyata pada rangkaian kegiatan tidak lagi
disebutkan, termasuk saat penjemputan Maulana Al-Habib Muhammad Lutfi
Bin Yahya maupun pelaksanaan kegiatan inti.
Meski demikian, mengingat Habib Lutfi adalah Panglima Besar Banser serta budaya warga NU adalah tawadu atau
menghormati, maka tanpa diminta pun anggota Banser Kobar dan Lamandau
segera menyesuaikan dan mengambil bagian pada pengawalan tersebut.
Sebagai
wujud pengawalan dan kecintaan anggota Banser, saat Habib Lutfi
memasuki lapangan Sampuraga sontak ratusan Banser segera memblokade
jalan, guna mengatur perjalanan menuju panggung agar tidak terhalang
para hadirin yang ingin bersalaman.
Seakan
sudah menjadi kebiasaan, tanpa canggung apalagi kikuk, seluruh anggota
Banser mengambil posisi masing-masing sesuai standar operasional
prosedur (SOP). Mereka sudah terbiasa di lapangan, sesuai instruksi dari
pimpinan untuk cepat tanggap.
Malam itu, usai
mengawal Habib Lutfi di atas panggung, ada peristiwa yang tidak patut
ditiru yakni saat Banser berjaga di samping panggung. Di sana ada
kelompok jamaah lain yang menggunakan seragam merah mengusir anggota
Banser yang sedang berjaga. Perlakuan tersebut sontak menyulut emosi
anggota, namun akhirnya dapat dilerai dan terselesaikan dengan baik.
"Anggota
kami diusir dari dalam pagar. Padahal untuk pengamanan panglimanya,
mungkin mereka belum paham siapa Habib Lutfi. Mereka terlihat arogan dan
itu sangat disayangkan, apalagi tujuan utamanya adalah bershalawat,"
beber A. Rozikin Z Kasatkorcab Banser kepada NU Online usai kejadian.
Bagi
Banser, kata Rozikin, insiden tersebut dianggap hal lumrah. Apalagi
dalam diri Banser sudah ditanamkan mental yang terlatih. Artinya, setiap
anggota mampu mengatasi persoalan yang dihadapi dengan mengedepankan
tabayun. Maka, imbuhnya, saat gema shalawat oleh Maulana Al-Habib Ali
Zainal Abidin Assegaf dan tausiah dari Maulana Al-Habib Ahmad Al-Habsyi,
semua personil Banser lebih memilih siaga di belakang panggung.
"Semua
anggota Banser kami kondisikan siaga di belakang panggung. Karena kami
tidak diberikan tempat oleh kelompok yang menamakan dirinya jamaah
silaturrahmi. Mestinya dengan nama itu, akan lebih bisa menerima
siapapun sesuai namanya, " ucap Rozikin sambil tersenyum.
Sekitar
pukul 10 malam pada acara inti tausiah, tiba-tiba pembawa acara
menyampaikan bahwa Habib Lutfi meminta kepada seluruh anggota Banser
untuk naik di atas panggung. Khusus Banser diminta mengawal dan
mendampingi ceramahnya.
Pengumuman itu rupanya
membuat sekelompok jamaah lain yang sedari awal dinilai ingin terlihat
tampil mewah di depan publik menjadi terkejut. Tanpa diminta lagi,
mereka mulai turun dari panggung dan menjauh dari gelanggang shalawat.
"Suatu
organisasi tidak perlu dipaksakan untuk tampil hebat di mata publik.
Banser jalan sesuai rel saja, biar masyarakat yang memberikan penilaian.
Kehormatan dan kehebatan itu urusan Allah SWT, " papar Rozikin. (Suhud/Ibnu Nawawi)
0 komentar:
Post a Comment