Rutinan Ahad PON

Tahlil dan Kajian Rutin Kitab Risalah Aswaja, Kitab Karya Mbah Hasyim ASy'ari

Berkah Ramadlan Bersama GP Ansor

Kegiatan Sosial yang akan dilaksanakan oleh PAC GP Ansor Bantarkawung seperti Santunan Fakir Miskin, Yatim piatu dan berbagi Takjil di Bulan Ramadhan.

Bakti Negeri dalam Satgas Covid 19

Kegiatan Satgas Covid 19 yang dilaksanakan Muspika melibatkan ormas-ormas termasuk Sahabat Banser.

Monday, 26 February 2018

PKD DIKLATSAR



Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam silaturohmi kami sampaikan, semoga Sahabat senantiasa dalam lindungan Allah SWT, dan dimudahkan dalam menjalankan segala aktifitas sehari-hari. Amiin


Kami sangat senang mengumumkan bahwa kami akan mengadakan kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) untuk ANSOR dan Pendidikan Latihan Dasar (DIKLATSAR) untuk BANSER. Hal ini sejalan dengan harapan kita semua agar organisasi khususnya GP Ansor dan Banser, mampu menghasilkan kader-kader yang tangguh, beriman, dan berahlaqul karimah dalam memimpin dan menjaga ulama serta menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehebat apapun kita saat ini sebagai pemimpin, itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak bisa menghasilkan generasi yang hebat. Dengan salah satu dasar inilah, maka kami akan mengadakan Kegiatan PKD & DIKLATSAR Angkatan I tahun 2018. Adapun acara tesebut akan dilaksanakan pada:
Hari        :  Jumat – Ahad.
Tanggal  :  16 – 18 Maret 2018 M
Waktu    :  Jam 13.00 WIB s.d Selesai
Tempat   :  SMK Ma’arif NU 02 – Bantarkawung

Maka kami panitia bermaksud memohon peserta demi suksesnya kegiatan tersebut. Berikut kami lampirkan Form Daftar Peserta dan Brosur untuk bisa digunakan sebagai mana mestinya.

Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami ucapkan terima kasih.

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Tharieq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hormat Kami,

Panitia PKD DIKLATSAR
PAC GP ANSOR BANTARKAWUNG

Lima Pandangan tentang Bid’ah Menurut KH Hasyim Asy’ari

Pembahasan mengenai bid’ah menjadi penting, melihat konteks masyarakat saat ini yang dengan mudah melontarkannya kepada sesama muslim.
Perhatian mengenai bid’ah sudah lama dituangkan oleh Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah: fi Hadits al-Sa’ah wa Bayani Mafhum al-Sunnah wa al-Bid’ah. 

Dijelaskan ada beberapa metodologi atau cara yang dipaparkan oleh Hadratussyekh secara panjang lebar mengenai bid’ah.

“Namun saya akan mengambil beberapa cara saja yang nanti dapat digunakan sebagai pijakan,” kata Zuhairi Misrawi saat mengisi kajian rutin Islam Nusantara Center (INC) Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (24/2).

Ia menjelaskan lima macam bid’ah mengutip dari kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Pertama, bid’ah yang bersifat wajib seperti mempelajari bahasa Arab.

Sebab tanpa bahasa Arab, seseorang tak akan mampu memahami Al-Qur’an, hadits, serta kitab-kitab karangan para ulama dengan baik.

Al-Qur’an sendiri menurut Imam Ali adalah hammalatul aujuh (mempunyai banyak wajah atau tafsiran), untuk itu menjalankan bid’ah yang ini menjadi wajib.

“Oleh karenanya, pesantren-pesantren NU maupun pesantren-psantren yang didirikan Syaikhona Kholil Bangkalan pasti pesantren bahasa,” ungkap Zuhair Misrawi atau yang akrab disapa dengan Gus Mis. 

Seseorang yang mengerti bahasa Arab, kemungkinan menjadi teroris pun sangat rendah, sebab ia memahami konteks Al-Qur’an dan hadits dengan baik. “Itu sudah menjadi jaminan,” lanjut Gus Mis. 

Cara memahami bahasa Arab itu dapat dilakukan dengan mempelajari Alfiyah Ibn Malik, ‘Imrithi, Jurumiyyah dan ilmu-ilmu alat lainnya. Ia juga berharap kepada kader-kader NU untuk memahami bahasa Arab dengan benar.

Kedua, bid’ah yang bersifat haram seperti yang dilakukan oleh kalangan jabariyah yang katalistik dimana ia mendirikan negara Tuhan dan mengatakan dirinya paling benar, selain itu juga seperti yang dilakukan kalangan qadariyyah yang memberhalakan rasio atau akal serta seperti yang dilakukan kalangan mujassamah.

Ketiga, bid’ah yang bersifat mandub (sunnah). Bid’ah yang jika dikerjakan menjadi baik kalau tidak, tidak akan masalah, seperti membangun sekolah, pesantren, dan mempererat tali silaturahim.

“Sebelum ukhuwah Islamiyah maka dahulukan ukhuwah Nahdliyah,” kata Gus Mis mengutip dari KH Mustofa Bisri.

Keempat, bid’ah yang bersifat makruh, seperti memperindah mushaf Al-Qur’an, menghiasi masjid.

“Menghiasi masjid itu, seperti kubahnya dari emas bangunannya dipermegah. Yang harus diisi itu hatinya ketika di dalam masjid, bukan bangunannya, percuma masjid megah tapi kalau solat jamaahnya kosong,” lanjut Gus Mis. 

Kelima, bid’ah yang bersifat mubah seperti berjabat tangan setelah shalat. “Itu bid’ah tapi diperbolehkan,” terangnya.

Contoh bid’ah lain yang bersifat mubah adalah memperluas tempat makan maupun minum, supaya orang lain kebagian hidangan yang kita sajikan. (Nuri Farikhatin/Fathoni)

Saturday, 24 February 2018

Penjaga Gawang Itu Bernama NU

Jika ada organisasi kemasyarakatan yang memiliki jumlah anggota terbesar di dunia, barang kali Nahdltul Ulama (NU) yang nomor satu. Betapa tidak, Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim ini, separuh lebih merupakan warga nahdhiyin.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) melalui exit poll pada 2013 pernah merilis data bahwa, dari 249 juta penduduk Indonesia yang mempunyai hak pilih, sekitar 36 persen atau 91,2 juta di antaranya mengaku sebagai warga NU. Meskipun demikian, Sekjen NU Helmy Faisal Zaeni mensinyalir bahwa jumlah warga NU lebih dari data LSI, bahkan bisa mencapai 120 juta (kompas.com). Jumlah ini sebanding dengan jumlah negara terbesar penduduknya ranking 10, yakni Jepang yang berkisar 126 juta jiwa.

Sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar, NU masih istiqamah untuk melestarikan marwah organisasi, yakni menjaga tradisi. Kebesaran NU tidak kemudian menyebabkan NU menjadi jumawa, mencoba melakukan ekspansi ideologi secara internasional. Inilah yang oleh Indonesianis asal Belanda Martin Van Bruinessen mengatakan bahwa NU adalah organisasi yang unik. NU meskipun besar, tidak berupaya menjadi organisasi internasional atau transnasional. Jika ada NU cabang istimewa (internasional) di berbagai negara, itu tidak lebih merupakan ikhtiar untuk memfasilitasi orang NU yang tinggal di luar negeri.

Di tengah serbuan ideologi transnasional yang berupaya menyatukan umat Islam ke dalam satu sistem kepemimpinan Islam (baca: khilafah), NU tidak tertarik. Ia tetap komitmen pada organisasi keagamaan yang memiliki basis masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, NU senantiasa komitmen untuk membangun perwujudan Islam damai di Indonesia.

NU adalah “penjaga gawang” bagi sebuah kesebelasan bernama Indonesia. Sebagai kiper, ia tahu tidak akan sepopuler striker. Bahkan ia sudah siap dihujat dicaci maki jika bola tidak terkondisikan, dan masuk ke gawang. Namun bagaimanapun, kesebelasan harus ada penjaga gawang di mana jabatan mulia itu harus ada yang memilih.

Mengapa penjaga gawang? Ada beberapa argumentasi yang mendasarinya. Pertama, sebagai penjaga gawang, NU tidak pernah “ngelabrak”, menyerang benteng pertahanan lawan. NU senantiasa berdiri dan siaga di depan mistar gawang. NU itu mampu berdampingan dengan ajaran dan ideologi lain, tanpa harus menyalahkan dan menyerang yang lain. Selagi ia mau bersama membangun “rumah bersama” bernama Indonesia yang damai, maka NU sangat permisif.

Kedua, NU akan senantiasa mempertahankan jangan sampai gawang “Indonesia” itu jebol. Ketika bola itu datang menghantam, maka dengan sekuat tenaga, sampai titik darah penghabisan akan dipertahankan. Tidak ada kiper yang lari saat ancaman lawan mendera, bahkan saat pemain belakang lainnya tidak berada di tempat. NU akan senantiasa mempertahankan kedaulatan dan keutuhan negeri ini, meskipun nyawa taruhannya.

Lihatlah, bagaimana resolusi jihad menggelegar, mengobarkan semangat juang para santri dalam mempertahankan negeri. Atau, ketika NU mempertahankan tradisi keagamaan warisan para ulama yang mencoba dihancurkan atas nama tahayyul, bid’ah dan churafat. Atau ketika NU, dengan lapang dada menerima kebhinekaan yang akan terkoyak ketika Piagam Jakarta diberlakukan. Ketika datang ancaman yang akan memecah belah keutuhan bangsa, NU akan sekuat tenaga berjuang untuk tetap menjaga keutuhan bangsa ini.

Ketiga, ketika pada akhirnya gawang harus jebol, maka NU dengan legowo meminta maaf. Menjaga keutuhan bangsa ini tidaklah mudah, pada saatnya kita harus diuji dengan hal yang paling menyakitkan. Di saat NU merasa ada yang tidak tepat dalam upaya mempertahankan “gawang” persatuan, maka NU dengan terbuka meminta maaf. Gusdur sebagai PBNU pernah meminta maaf atas peristiwa tragedi 1965, meskipun NU pada saat itu juga sebagai korban. Garis tebalnya, demi keutuhan bangsa NU akan bersikap ksatria, memohon maaf dan saling memaafkan untuk sebuah sejarah hitam.

Keempat, sebagai penjaga gawang, NU memang tidak populer, apalagi jika dibandingkan dengan posisi penyerang. Penjaga gawang tidak mungkin punya prestasi mencetak gol di gawang lawan. jika ada, itu karena faktor x dan itu sangatlah jarang. Satu-satunya prestasi kiper adalah tidak kebobolan gol, yang itu sering kali tidak dianggap prestasi. Namun NU sudah siap untuk tidak populis. Ulamanya sering kali kalah populer dengan dai TV. Tapi, pilihan menjadi penjaga gawang adalah muruah organisasi yang harus senantiasa ditunaikan.

Menjelang satu abad hari lahir NU, kita berharap NU akan konsisten untuk menjaga gawang perdamaian dan persatuan, dengan tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai, tradisi dan khazanah yang telah diwariskan oleh para leluhur dan ulama.

Menjadi kiper yang tidak hanya menjaga, namun juga melakukan improvisasi strategi dan gerakan yang semakin dinamis. Sesuai dengan kaidah yang dianutnya, yaitu al-muhafazhah alal qadimis shalih, wal akhdzu bil jadidil ashlah, senantiasa melestarikan tradisi lama yang baik, serta melakukan inovasi terhadap kebaruan yang lebih baik.

Oleh Muhamad Mustaqim
*) Penulis adalah Pengurus Cabang GP Ansor NU Demak.

Ketika Banser Dikucilkan, Habib Lutfi Angkat Derajatnya

Gema shalawat di lapangan Sampuraga Pangkalan Bun Kotawaringin Barat (Kobar)  Kalimantan Tengah, Sabtu (17/2), nampaknya membawa cerita tersendiri bagi Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdhatul Ulama.

Pasalnya, panitia Kobar Bershalawat yang semula melibatkan Banser, ternyata pada rangkaian kegiatan tidak lagi disebutkan, termasuk saat penjemputan Maulana Al-Habib Muhammad Lutfi Bin Yahya maupun pelaksanaan kegiatan inti.
Meski demikian, mengingat Habib Lutfi adalah Panglima Besar Banser serta budaya warga NU adalah tawadu atau menghormati, maka tanpa diminta pun anggota Banser Kobar dan Lamandau segera menyesuaikan dan mengambil bagian pada pengawalan tersebut.

Sebagai wujud pengawalan dan kecintaan anggota Banser, saat Habib Lutfi memasuki lapangan Sampuraga sontak ratusan Banser segera memblokade jalan, guna mengatur perjalanan menuju panggung agar tidak terhalang para hadirin yang ingin bersalaman.

Seakan sudah menjadi kebiasaan, tanpa canggung apalagi kikuk, seluruh anggota Banser mengambil posisi masing-masing sesuai standar operasional prosedur (SOP). Mereka sudah terbiasa di lapangan, sesuai instruksi dari pimpinan untuk cepat tanggap.

Malam itu, usai mengawal Habib Lutfi di atas panggung, ada peristiwa yang tidak patut ditiru yakni saat Banser berjaga di samping panggung. Di sana ada kelompok jamaah lain yang menggunakan seragam merah mengusir anggota Banser yang sedang berjaga. Perlakuan tersebut sontak menyulut emosi anggota, namun akhirnya dapat dilerai dan terselesaikan dengan baik.

"Anggota kami diusir dari dalam pagar. Padahal untuk pengamanan panglimanya, mungkin mereka belum paham siapa Habib Lutfi. Mereka terlihat arogan dan itu sangat disayangkan, apalagi tujuan utamanya adalah bershalawat," beber A. Rozikin Z Kasatkorcab Banser kepada NU Online usai kejadian.

Bagi Banser, kata Rozikin, insiden tersebut dianggap hal lumrah. Apalagi dalam diri Banser sudah ditanamkan mental yang terlatih. Artinya, setiap anggota mampu mengatasi persoalan yang dihadapi dengan mengedepankan tabayun. Maka, imbuhnya, saat gema shalawat oleh Maulana Al-Habib Ali Zainal Abidin Assegaf dan tausiah dari Maulana Al-Habib Ahmad Al-Habsyi, semua personil Banser lebih memilih siaga di belakang panggung.

"Semua anggota Banser kami kondisikan siaga di belakang panggung. Karena kami tidak diberikan tempat oleh kelompok yang menamakan dirinya jamaah silaturrahmi. Mestinya dengan nama itu, akan lebih bisa menerima siapapun sesuai namanya, " ucap Rozikin sambil tersenyum.

Sekitar pukul 10 malam pada acara inti tausiah, tiba-tiba pembawa acara menyampaikan bahwa Habib Lutfi meminta kepada seluruh anggota Banser untuk naik di atas panggung. Khusus Banser diminta mengawal dan mendampingi ceramahnya.

Pengumuman itu rupanya membuat sekelompok jamaah lain yang sedari awal dinilai ingin terlihat tampil mewah di depan publik menjadi terkejut. Tanpa diminta lagi, mereka mulai turun dari panggung dan menjauh dari gelanggang shalawat.

"Suatu organisasi tidak perlu dipaksakan untuk tampil hebat di mata publik. Banser jalan sesuai rel saja, biar masyarakat yang memberikan penilaian. Kehormatan dan kehebatan itu urusan Allah SWT, " papar Rozikin. (Suhud/Ibnu Nawawi)

Wednesday, 21 February 2018

PELANTIKAN PAC GP ANSOR BANTARKAWUNG

Pada era sekarang GP. Ansor dihadapkan pada wacana dan implementasi pemberdayaan potensi keswadayaan sebagai implementasi dari Panca Khidmad GP. Ansor dalam mempraktekkan sikap kemasyarakatan yang Tawasuth (moderat), Tasamuh (toleran), Tawazun (seimbang) dan I’tidal (konsisten) serta Amar Ma’ruf Nahi Munkar.  Oleh sebab itu, GP. Ansor harus jeli dan pandai memahami kondisi kemasyarakatan. Kelahiran dan perjuangan GP Ansor merupakan bagian tak terpisahkan dari cita-cita perjuangan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju terwujudnya masyarakat yang demokratis, adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.  Oleh sebab itu GP Ansor dituntut akan keberadaannya untuk berperan aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berperikemanusian dan bermartabat  dengan mengisi kekaryaannya di segala lapisan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat berperadaban (mutamaddin). Ansor menyadari  bahwa pembentukan masyarakat berperadaban haruslah dimulai bertahap dari individu, keluarga, komunitas hingga bangsa.

Berbagai gejala sosial masyarakat yang terjadi di sekeliling kita seperti kekeringan, banjir, bencana alam dan keadaan sosial kemasyarakatan (kemiskinan dan penggangguran) merupakan fenomena dimasyarakat yang membuka mata hati bagi para anak bangsa, tidak terkecuali GP Ansor untuk menyelesaikan segala pekerjaan tersebut.  Sebagai upaya menanggulangi fenomena tersebut, keberadaan GP Ansor dituntut untuk dapat memprogramkan berbagai kegiatan melalui kepengurusan yang solid dan program kerja yang jelas dan terarah.


NAMA  KEGIATAN
Kegiatan ini bernama PELANTIKAN DAN RAPAT KERJA PIMPINAN ANAK CABANG GERAKAN PEMUDA ANSOR KECAMATAN BANTARKAWUNG MASA KHIDMAT 2017-2019

TEMA KEGIATAN
Tema kegiatan adalah Tranformasi Kepemimpinan, Menuju Tatanan Organisasi Yang Terstruktur, Mandiri & Berdaya

DASAR PELAKSANAAN

  1. Peraturan Dasar GP. Ansor
  2. Peraturan Rumah Tangga GP. Ansor


TUJUAN

  1. Terwujudnya tujuan GP Ansor sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar GP Ansor
  2. Memantapkan proses kaderisasi, regenerasi kepemimpinan, dan struktur organisasi, serta perangkatnya.
  3. Mencapai organisasi yang Mandiri dan Berdaya.


WAKTU DAN TEMPAT
Waktu dan tempat pelaksanaan Pelantikan dan Rapat Kerja akan dilaksanakan Insya Allah pada :
Hari : Ahad, 12 Rabiul Tsani 1439 H
                     31 Desember 2017 M
Waktu   : Jam 08.00 WIB s/d Selesai
Tempat : MADIN Sawangan, Desa Pangebatan, Kecamatan Bantarkawung


Monday, 19 February 2018

PKD DIKLATSAR

Salam silaturohmi kami sampaikan, semoga Sahabat senantiasa dalam lindungan Allah SWT, dan dimudahkan dalam menjalankan segala aktifitas sehari-hari. AmiiN
Kami sangat senang mengumumkan bahwa kami akan mengadakan kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) untuk ANSOR dan Pendidikan Latihan Dasar (DIKLATSAR) untuk BANSER. Hal ini sejalan dengan harapan kita semua agar organisasi khususnya GP Ansor dan Banser, mampu menghasilkan kader-kader yang tangguh, beriman, dan berahlaqul karimah dalam memimpin dan menjaga ulama serta menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehebat apapun kita saat ini sebagai pemimpin, itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak bisa menghasilkan generasi yang hebat. Dengan salah satu dasar inilah, maka kami akan mengadakan Kegiatan PKD & DIKLATSAR Angkatan I tahun 2018. Adapun acara tesebut akan dilaksanakan pada:
Hari          :  Jumat – Ahad.
Tanggal    :  16 – 18 Maret 2018 M
Waktu      :  Jam 13.00 WIB s.d Selesai
Tempat    :  SMK Ma’arif NU 02 – Bantarkawung

Maka kami panitia bermaksud memohon peserta  demi suksesnya kegiatan tersebut


Galeri Photo



LEMBAGA EKONOMI ANSOR BANTARKAWUNG

Mari biasakan belanja di orang-orang kita. Karena dengan begitu kita bisa saling membantu sesama KADER NU dan sekaligus beramal di Nahdlatul Ulama

Menyediakan segala atribut NU, Pakaian NU,
minat Hubungi : Kyai Isro Mi'roj
Alamat Bangbayang, Komplek PONPES Bustanul Arifin
HP : 0813-9106-8569
(Melayani antar jemput)



Melayani Jahit segala pakaian
Minat Hubungi : Sahabat Ruhanto
Alamat Waru.
HP : 0838-4488-8181
(Melayani antar jemput)



Aneka KERAJINAN TANGAN
Minat Hubungi : Sahabat Adi Aoladi
Alamat Bangbayang.
HP : 0852-2617-8247
(Melayani antar jemput)